06 December 2011

Warga Korban Longsor Mengungsi

SIBOLGA-Warga korban longsor pada Rabu (30/11) malam masih mengungsi ke rumah tetangga dan kerabat mereka masing-masing. Selain karena kondisi rumah yang rusak, warga juga khawatir akan longsor susulan. Apalagi curah hujan masih cukup tinggi.

“Kami belum berani. Rumah pun belum lagi diperbaiki, apalagi dindingnya sudah pada retak-retak. Sementara ini masih tidur di rumah tetangga atau saudara,” tutur Rosmawati dan Rospita Tampubolon, dua dari 5 keluarga korban longsor di Gang Ampera, Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Pancuran Bambu, Sibolga Sambas, Jumat (2/12). Tiga korban lainnya di lokasi itu yakni Syarif Nasution, Sucipto, dan Kairan Tanjung.
Amatan METRO di lokasi, tanah longsoran yang nyaris menimbun rumah warga tersebut belum juga dibersihkan. Sementara barang-barang rumah tangga milik para korban masih terletak di teras rumah tetangga korban.

Warga juga mengaku bahwa sejak kemarin, petugas PMI Sibolga maupun dari Satkorlak Penanggulangan Bencana Alam Sibolga tidak ada terjun ke lokasi. Padahal mereka sangat berharap petugas PMI dan Satkorlak terjun ke lokasi untuk membantu warga bergotongroyong membersihkan longsoran ataupun mengikis perbukitan yang masih berpeluang longsor.

“Enggak ada, sejak kemarin pun mana ada petugas PMI atau Satkorlak Penanggulangan Bencana Alam yang datang. Malah warga sini yang gotongroyong semalam itu,” tukas warga sembari meminta Camat maupun Lurah setempat mengajukan permohonan agar bisa dilakukan gotongroyong untuk membersihkan longsoran ataupun mengikis perbukitan yang masih berpeluang longsor.

Hal serupa juga terlihat di lokasi longsor di Jalan Melur (atas), Kelurahan Angin Nauli, Sibolga Utara. Hanya warga setempat yang terlihat bergotongroyong membersihkan longsoran yang menghantam rumah Jisron Silaban dan tetangganya Rijal Sinaga. Warga juga terlihat berupaya mengikis lereng perbukitan yang masih berpeluang longsor.

“Yang gotongroyong ini semua warga sekitar sini. Dari kejadian semalam pun enggak ada petugas dari PMI atau Satkorlak yang datang,” tukas Jisron Silaban yang mengaku bahwa ia dan keluarganya masih mengungsi ke rumah kerabatnya menunggu rumahnya yang rusak tersebut selesai dibangun kembali.

Terpisah, Lurah Pancuran Bambu, Dicky Syahputra Lubis mengakui bahwa sejauh ini Petugas PMI Sibolga maupun Satkorlak Penanggulangan Bencana Alam Sibolga memang belum turun. Namun demikian ia akan mengkoordinasikannya kembali perihal pemintaan para korban tersebut.

“Saya akan coba koordinasikan selanjutnya. Tapi untuk pengikisan lereng bukit perlu analisa yang lebih akurat. Jangan nanti karena saat pengikisan malah terjadi longsor, akhirnya jatuh korban lagi. Karena tanah perbukitan itu masih labil. Tapi saya imbau agar warga tetap waspada,” ujar Dicky.

Seperti dikabarkan sebelumnya, sebanyak 9 unit rumah warga di lokasi berbeda rusak dihantam tanah longsor yang terjadi pada Rabu (30/11) malam dari pukul 19.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB.

Longsor sendiri dipicu hujan lebat berkepanjangan yang mengguyur kawasan Sibolga pada malam itu. Tidak ada korban jiwa maupun luka, namun kerugian material ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.

Rumah yang diterjang longsor diantaranya, milik Jisron Silaban dan tetangganya Rijal Sinaga warga Jalan Melur (atas), Kelurahan Angin Nauli, Sibolga Utara. Kemudian deretan rumah kontrakan yang didiami Syarif Nasution, Rosmawati, Sucipto, Kairan Tanjung, Edi Aswan/Rospita Tampubolon di Gang Ampera, Jalan SM Raja, Kelurahan Pancuran Bambu, Sibolga Sambas.

Di lokasi berbeda, longsor juga menerjang rumah Maruli Pardamean Simbolon Gang Tirta Nauli, Kelurahan Aek Parombunan, Sibolga Selatan. Kemudian rumah Tawada Hutabarat yang berada di bawah perbukitan Retaining Wall Kawasan Olahraga Terpadu Sibolga, Kelurahan Aek Parombunan, Sibolga Selatan.

Rumah yang mengalami rusak parah diantaranya rumah Jisron Silaban, rumah Maruli Pardamean Simbolon, serta deretan rumah kontrakan yang didiami Syarif Nasution, Rosmawati, Sucipto, Kairan Tanjung, Edi Aswan/Rospita Tampubolon.

Di lokasi lain, tercatat 3 rumah warga yang nyaris terhantam longsor, diantaranya rumah Bahri Harahap di Jalan Cendrawasih No.97, Kelurahan Pancuran Bambu, Sibolga Sambas, serta rumah Sujono dan Ani Koto (penjual lontong) di Gang Scorpio, Kelurahan Pancuran Gerobak, Sibolga Kota.

Pemko Sibolga melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan pihak Kecamatan dan Kelurahan setempat telah menyalurkan bantuan sembako kepada para korban.
Enam Desa di Nisel
Ikut Terisolasi
Banjir dan tanah longsor di Desa Baruje, Kecamatan Mazo, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, Rabu (30/12), menyebabkan sedikitnya enam desa di sekitarnya ikut terisolasi.

“Akses ke titik lokasi longsor di Desa Baruje dan sekitar enam desa lain di Kecamatan Mazo saat ini tidak bisa dilalui kendaraan bermotor,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Kabupaten Nias Selatan Henny Kurniawan Duha , Jumat (2/12).

Beberapa desa lain di Kecamatan Mazo yang terancam terisolasi itu di antaranya Desa Tano Niko’o, Tetegawa’ai EhomoUlumazo dan Desa Tetegawa’a.

Hubungan darat antara Kecamatan Lahusa dengan Kecamatan Mazo saat ini terputus akibat jembatan di Sungai Susua ambruk diterjang banjir Kamis (1/12).

Selain itu, kondisi sebagian badan jalan mulai dari bekas jembatan tersebut ke lokasi bencana di Desa Baruje hingga kini masih tertutup tanah longsor.
“Untuk menjangkau desa yang terkena tanah longsor hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki sekitar tujuh kilometer,” ujarnya.

Akibat akses darat ke lokasi bencana terputus, lanjut dia, sejumlah paket bantuan pangan dan obat-obatan hingga kini masih belum bisa seluruhnya dikirim ke lokasi bencana.

Namun di beberapa titik lokasi bencana, menurut dia, sejak dua hari lalu sudah ada sejumlah personel dari TNI, Polri, dan tim dari BPBD Nias Selatan yang melakukan pencarian dan evakuasi terhadap korban tanah longsor yang mengakibat lima warga Desa Baruje meninggal dunia.

“Di lokasi bencana saat ini juga sudah ada Posko darurat yang berfungsi untuk membantu korban yang cedera,” ujarnya.

Beberapa korban yang mengalami luka serius telah ditangani di Puskesmas Mazo dan lima orang di antaranya telah dirujuk ke rumah sakit umum di Teluk Dalam, Ibu kota Kabupaten Nias Selatan.
“Kami akan terus mengupayakan sejumlah paket bantuan untuk korban tanah longsor secepatnya tiba di lokasi bencana,” ujarnya.

Dia membenarkan, curah hujan yang relatif tinggi di Kecamatan Mazo dan sekitarnya selama beberapa hari terakhir turut menghambat proses penanganan bencana alam di kabupaten yang terdiri dari belasan pulau di sebelah barat Provinsi Sumatera Utara itu Korban Longsor 5 Orang

Pemerintah Kabupaten Nias Selatan meluruskan kabar yang sempat beredar mengenai jumlah korban longsor di Desa Baruze Kecamatan Mazo, Kabupaten Nias Selatan. Yang benar, jumlah korban tewas 5 orang, 1 luka berat, dan luka ringan 7 orang. Adapun jumlah rumah rusak berat satu dan rusak ringan 30 rumah.

Sebelumnya, tersiar kabar berdasarkan penjelasan Bupati Nias Selatan Idealisman Dachi bahwa terdapat 4 korban tewas, 30 orang tertimbun longsor, 37 rumah rusak tertimbun longsor, 25 sepeda motor tertimbun longsor, dan 4 mobil tertimbun longsor. “Jumlah tadi malam itu baru sebatas perkiraan. Dari pagi hingga malam ini, warga yang dilaporkan hilang tertimbun itu ternyata masih hidup,” kata Idealisman di Teluk.

Korban tewas tersebut adalah Masrida Hulu (16), Niat Hati Hulu (16), Novermawati Sadawa (16), Merida Hulu (16), dan Ardianto Hulu (23). Keempat korban pertama tewas tertimbun longsor, sementara korban terakhir tewas terseret arus sungai.
Semua korban telah ditemukan dan diambil keluarganya. Korban yang terluka juga telah dibawa ke rumah sakit.

Idealisman menambahkan, saat ini kondisi Desa Baruze masih terisolasi karena jembatan menuju lokasi longsor terputus. Karena itu, warga diangkut menggunakan perahu karet.
Korban Banjir Ada yang Belum Ditemukan

Ardian Hulu (23), korban yang terseret banjir di daerah aliran Sungai Susua, Kecamatan Mazo, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, Kamis (1/12), hingga Jumat siang masih belum ditemukan.

“Korban hingga siang ini masih belum ditemukan. Upaya pencarian sejak pukul 08.00 WIB tadi kembali dilanjutkan,” kata pimpinan regu Search and Rescue (SAR) Kabupeten Nias Arotama Telaumbanua di Medan, Jumat (2/12).  Disebutkannya, Ardian Hulu diduga kuat hanyut saat jembatan di Sungai Susua di Desa Siofa Banua ambruk diterjang banjir.

Peristiwa itu terjadi satu hari pascabencana tanah longsor di Desa Baruje, Kecamatan Mazo yang mengakibatkan lima orang tewas. Upaya pencarian kembali dilakukan dengan didukung satu unit perahu karet dari Badan SAR Nasional.

Para personel regu SAR bersama anggota TNI, Polri dan relawan mencari korban dengan cara menelusuri sepanjang sisi kiri dan kanan daerah aliran Sungai Susua.
Proses pencarian terhadap pria warga Kecamatan Majo yang hanyut di sungai selebar 30 meter itu relatif sulit, karena arus masih tergolong sangat deras.

“Walaupun air di Sungai Susua sudah surut, tetapi arusnya masih cukup deras,” ujar Arotama.
Sedangkan kondisi cuaca di sekitar Kecamatan Mazo menjelang siang hari relatif cerah, setelah sejak subuh sempat diguyur hujan.

Terkait dengan bencana alam tanam longsor dan banjir yang melanda Nias Selatan, pihak pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat memberlakukan status tanggap darurat mulai 30 November hingga 13 Desember 2011.

Pihak Pemkab Nias Selatan telah pula menyebarluaskan seruan kepada seluruh warga di wilayah itu agar mewaspadai ancaman banjir, tanah longsor di tengah intensitas curah hujan yang relatif tinggi sejak beberapa pekan terakhir.


Sumber: http://www.metrosiantar.com

0 comments:

Post a Comment

Jangan Lupa,tinggalkan komentarnya ya..!! makasih